Agak minder juga sih liat blog yang lain pada keren-keren banget. Saya emang gaptek, ha ha.
Anyway...
Pagi
kemarin sekitar pukul lima--enaman saya nonton berita di tv sambil sarapan
sebelum berangkat ngajar. Boringlah tentang banjir lagi banjir lagi. Well,
bukan maksud menyapelekan, maksudnya saya agak muak aja gitu dengan hal
sama yang terjadi berkali-kali. Dan hebatnya, bukan berkurang wilayah yang kena, malah
melebar.
Bencana
alam. Benarkah? Entah, ya, kok saya agak merasa kurang sreg sama istilah ini
untuk menggambarkan keadaan banjir di Jakarta. Maksud saya, helloo... tiap
tahun gitu, dan itu terjadi karena alam? Ah, coba pikirkan lagi. Seringkali
pula sih reporter dan media masa melaporkan dengan kalimat: "Akibat hujan
deras yang mengguyur blablablaba" ketika menyampaikan berita mengenai
banjir atau longsor. Benarkah? Lalu apa yang memenuhi sepanjang permukaan
sungai dan rawa itu? Lalu apa yang berdiri megah dengan kotak-kotak kaca
selebar itu? Mencaplok hak pohon-pohon yang semestinya tumbuh rindang, dan
hijau.
Memang,
sih, untuk berubah tidak akan semudah Deddy Corbuszier membengkokkan sendok,
tapi mbo ya agak kelihatan gitu ya niatnya warga Jakarta buat berubah. Program kebersihan
dari pemerintah itu lho, didukung, bukan diandalkan jadi program satu-satunya. Memang
salah satu tugas pemerintah adalah melayani masyarakat, tapi ya masyarakat pun
bertanggung jawab atas dirinya dan lingkungannya sendiri. Bener, kan?
Dan
soal para relawan, saya harap itu bukan sekedar trend, ya... kayak trend back
packer atau pendaki yang sedang menjamur sekarang. Ikhlas, di atas segalanya,
bukan trend ikut-ikutan apalagi ngejar-ngejar kamera tv ^.^v